Posts tagged ‘Umum’

Khotbah yang Awet

Usai ibadah, Pengkhotbah menyalami jemaat di depan pintu gereja. Tiba giliran seorang Bapak yang selama setengah tahun tidak beribadah ke gereja.
“Khotbah Anda sangat bagus!” puji Bapak itu.
“Saya berharap khotbah saya hari ini tidak sehebat khotbah yang terakhir kali Anda dengar?” jawab Pengkhotbah.
“Mengapa begitu,” tanya Bapak itu dengan heran.
“Karena khotbah itu sangat awet dan dapat bertahan selama enam bulan.”

5 Februari 2009 at 5:05 pm Tinggalkan komentar

Pak Karyono

Pemazmur berkata bahwa rata-rata masa hidup manusia adalah tujuh puluh tahun. Jika kuat maka dapat sampai delapan puluh tahun. Hari ini saya menyaksikan orang-orang yang mendapat ‘bonus’ umur dari Tuhan.

Setiap bulan Desember, gereja kami mengadakan acara Christmas Carol. Namun berbeda dengan tradisi barat yang menyanyikan lagu-lagu Natal di keramaian atau ke rumah-rumah untuk mendapatkan sedekah, kami memodifikasinya dengan mengunjungi anggota-anggota jemaat yang karena mengalami keterbatasan fisik mereka tidak dapat merayakan Natal. Kami menghadirkan perayaan Natal ke rumah mereka.

Bertepatan dengan hari Idul Adha, kami membagi diri ke dalam lima kelompok, masing-masing dengan dua mobil menuju tempat-tempat yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan rombongan saya adalah rumah pak Karyono. Hari ini dia merayakan ulang tahun yang ke 102 tahun! Wow, umurnya sudah lebih dari satu abad. Dan yang lebih mengherankan, dalam usia sebanyak itu, kesehatannya masih sangat baik. Pendengarannya masih sangat baik, pandangannya masih sangat jernih dan yang lebih dahsyat adalah ingatannya masih sangat kuat. Kepikunan belum menyentuhnya sama sekali.

Pak Karyono

Sebagian dari anggota rombongan kami adalah mantan-mantan murid pak Karyono di SMP Kristen Klaten. Begitu ketemu, pak Karyono langsung mengingat wajah-wajah mereka. “Kamu dulu ‘kan yang jadi mbok emban,” kata pak Karyono kepada bu Diah, pensiunan guru Petra Surabaya. Pak Karyono teringat pada pementasan wayang orang yang sebagian dimainkan oleh orang-orang keturunan Tionghoa di Klaten. Pak Karyono yang melatih mereka.
Ketika melihat pak Komardiyanto, pak Karyono segera memeluknya dengan erat-erat. Pak Komardiyanto bercerita, ketika menjadi dia menjadi murid SMP Kristen, dia senang bermain ke rumah pak Karyono sebab di sana sering mendapat wejangan-wejangan tentang kehidupan. Pak Ko, demikian panggilan akrab pak Komardiyanto, mengagumi kesederhanaan pa Karyono. Meski bergaji pas-pasan, tetapi pak Karyono tidak pernah mengeluh. Setiap tugas diterimanya dengan ikhlas dan penuh sukacita.
“Pada hari ulang tahun ini, apa doa permintaan pak Karyono?” tanya bu Diah.Pak Karyono
“Saya tidak minta umur panjang. Saya hanya minta kesehatan yang baik,” kata pak Karyono dengan lantang. Menurutnya, umur manusia merupakan misteri dari Allah. Sebelum berdoa, pak Karyono bercerita bahwa dia sebenarnya masih berdarah biru. Dia adalah keturunan dari sultan Cirebon.
“Saya bersyukur karena memiliki bapak tiri,” kata pak Karyono dengan suara bergetar, “sebab berkat dia, saya bisa mengenal Kristus.” Dia dibaptis oleh pendeta Belanda yang ada di Klaten. Namun karena sebagian besar jemaatnya tidak bisa berbahasa Belanda, maka gereja yang menjadi cikal bakal GKI Klaten itu lalu dilayani oleh pendeta berdarah Ambon yang berbahasa Indonesia.
Hari itu, saya baru pertama kali bertatapan muka langsung pak Karyono. “Saya suami pendeta Pelangi, pak” kata saya memperkenalkan. “Wah, Anda tambah gemuk,” kata pak Karyono dengan spontan.
“Lho tahu dari mana, pak?” tanya saya.
“Ketika kalian menikah, saya datang kok,” sahut pak Karyono, ”waktu itu, Anda memakai pakaian Jawa.”
Saya mengangguk penuh kekaguman. Peristiwa empat tahun yang lalu itu masih diingatnya dengan baik.
***
Selain mengunjungi pak Karyono, kami juga mengunjungi mak Kuat. Usianya sudah mencapai 85 tahun, tapi tubuhnya masih kuat. Karena osteoporosis, tubuhnya mulai bungkuk. Tapi dia masih kuat berjalan ke Mak Kuatgereja menempuh jarak lebih dari dua kilometer. Dia selalu ikut kebaktian pagi, pukul enam.
Ketika yang orang-orang yang lebih muda, selalu datang terlambat, mak Kuat selalu datang awal. Setengah jam sebelumnya, dia sudah duduk manis di bangku gereja. “Saya malu kalau datang terlambat ke gereja” kata mak Kuat.
Kami juga mengunjungi ibu Tan Lay Tjie (80 tahun), mak Yun dan pak Kamto.
***
Dalam perjalanan pulang, saya mengagumi kesetiaan iman mereka. Dalam usia senja dan keringkihan tubuh, mereka tetap memiliki pengharapan yang kuat di dalam Kristus. Semoga saya dapat meneladani iman sederhana mereka.

Christmas Carol

8 Desember 2008 at 5:25 pm Tinggalkan komentar

Lelaku Jalan Salib

Akibat dari reformasi gereja yang dilakukan oleh Martin Luther, John Calvin dan kawan-kawan, gereja protestan cenderung ‘lebih miskin’ dalam hal laku spritualitas, seperti yang dimiliki oleh gereja katolik. Ketika akan merayakan hari-hari besar gerejawi, pegiat gereja protestan kadang menemui kesulitan dalam merancang kegiatan. Sebagai contoh, pada saat menggelar ibadah Rabu Abu sebagai penanda masa pra paskah, gereja kami kesulitan merancang liturgi ibadah karena belum pernah memiliki tradisi ibadah ini.

Kegagapan serupa juga ditemui ketika Panitia Paskah akan merencang prosesi Jalan Salib pada ibadah Jum’at Agung tahun depan. Atas dasar itu, maka gereja kami memutuskan untuk belajar dari gereja Katolik yang telah lama memiliki tradisi ini. Kami memilih untuk berkunjung dan berziarah ke gereja katolik di Pohsarang.

Fajar hari Sabtu, tanggal 29 Nopember, belum menyingsing, namun kami sudah berkumpul di gereja. Setelah berdoa meminta pertolongan Tuhan, tiga mobil yang mengangkut 15 orang ke arah Solo. Jalan masih sepi. Sesekali kami menyalib truk-truk besar yang berjalan lambat. Sesampai di Pakis, mobil yang dikemudikan pak Bambang Murnanto berbelok kanan menuju arah Baki. Mereka akan lebih dulu mengantar Ny. Budi Nugroho Sulaiman ke Solo Baru. Sementara itu mobil yang saya tumpangi dan mobil yang dikemudikan pak Wim Seimahuira memilih lurus ke arah Kartasura dengan perhitungan jarak yang lebih dekat. Kami bersepakat untuk bertemu lagi di wilayah Perhutani Mantingan, untuk beristrahat sambil sarapan pagi. Namun perhitungan kami meleset. Ketika sampai di wilayah Palur, jalanan sudah sangat ramai oleh anak sekolah dan buruh pabrik. Akibatnya mobil hanya bisa merayap lambat. Rombongan pak Bambang Murnanto justru sampai lebih dulu di titik pertemuan.

Usai sarapan pagi, tanpa membuang waktu, kami melanjutkan perjalanan melewati Ngawi, Nganjuk, Madiun, Kediri, kemudian berbelok ke kanan ke arah Puhsarang. Sampai di lokasi, jarum jam menunjuk 11 (sebelas). Sebelumnya kami membayar retribusi Rp. 6.000,- untuk tiga mobil. Dari tempat parkir, kami harus berjalan meniti tangga sejauh 500 meter sebelum masuk pintu gerbang pertama. Pada bagian luar, berjajar warung sederhana. Yang unik, beberapa warung memutar lagu-lagu rohani dengan suara yang keras. Mungkin ini sebagai alat promosi untuk menarik minat pengunjung. Setelah itu, terdapat kios-kios yang menjual aksesoris kerohanian seperti salib, patung keluarga kudus, lilin, dan jerigen plastik. Untuk apa jerigen plastik? Untuk menampung air yang keluar di gua Maria Lourdess. Mungkin ini semacam air dari sumur Zam-zam yang diyakini umat muslim.

Kios itu juga menjual kaset, CD dan VCD rohani. Ketika saya amati sekilas, semua CD dan VCD yang dijual di sana, semuanya bajakan! Saya bertanya dalam hati:”Apakah orang-orang yang membeli CD atau VCD itu tidak tahu kalau perbuatan mereka ini termasuk pencurian? Lalu apa gunanya mereka beribadah di tempat ini?” Saya tidak menyalahkan para pedagang, sebab sesuai hukum ekonomi ‘ada permintaan maka ada penawaran.’ Seandainya setiap peziarah menyadari bahwa kesalehan yang mereka lakoni juga harus ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, —dalam hal ini mengemohi barang bajakan—tentunya tidak ada orang yang berminat menggandakan dan menjual barang bajakan itu.

Di ujung deretan kios, kami disambut oleh pintu gerbang yang terbuat dari batu kali. Bagian atas melengkung dan tergantung tulisan “Gua Maria Lourdess”. Begitu masuk, langsung terlihat atap bangunan yang mencolok. Bangunannya mirip pendopo dalam arsitektur Jawa, tetapi setelah diamati lebih dekat ternyata ada perbedaan dan keunikan. Berbeda dengan pendopo yang memiliki empat tiang (soko guru) di tengah, tiang pada bangunan ini justru ada keempat pojok bangunan. Atapnya ditutup menggunakan genting. Uniknya tidak diletakkan di atas kayu usuk, tetapi disusun di atas jaring-jaring kawat baja yang ditarik dan ditembatkan pada keempat tiang besi besar di setiap pojok. Dengan kata lain, bangunan ini mirip sekali dengan tenda di Timur Tengah. Rupanya perancang bangunan ini mendapat inspirasi dari kemah Tabernakel umat Israel. Jika dilihat dari bawah, atap bangunan ini seperti menggelantung pada bagian tengah (Jawa: ngelendhong). Mirip sekali kain tenda yang ditarik pada keempat ujungnya.

Setelah beristirahat sejenal di gedung serbaguna ini, kami berjalan ke area gua Maria. Pada sisi kiri terdapat tebing batu buatan yang sangat tinggi. Pada bagian paling kanan di tebing tersebut, terpasang patung bunda Maria yang snagat besar. Beberapa orang terlihat sedang berdoa dengan khusyuk. Ada pemandangan yang cukup menarik. Saya melihat beberapa perempuan memakai jilbab ada di sana. Entah untuk tujuan apa mereka di sana. Mungkin sekadar plesiran; atau mencari mukjizat kesembuhan; atau untuk tujuan lain. Entahlah, saya tidak sempat berbincang untuk bertanya maksudnya. Tapi setidak-tidaknya saya menangkap aura perdamaian dan cinta kasih di sana.

Tidak lama kami ada di sini, karena tujuan kami adalah ke lokasi Jalan Salib Bukit Golgota, yang ada di paling ujung. Lokasi ini diawali dengan gapura serupa di pintu masuk gua Maria. Begitu masuk lokasi, kami segera menyiapkan diri dalam keheningan. Gemerisik daun bambu yang tertiup angin dan bunyi batang-batang bambu yang bergesekan mewarnai keheningan. Kami memulai prosesi pada perhentian pertama: Yesus Dihukum Mati. Pada setiap perhentian, terdapat sebuah adegan yang menggambarkan peristiwa tersebut. Adegan-adegan yang digambarkan di tempat ini terbilang istimewa. Pada tempat-tempat peziarah yang lain, prosesi jalan salib biasanya digambarkan dalam wujud dua dimensi atau relief, namun di sini, penggambarannya dalam rupa tiga dimensi. Figur-figur dibuat dalam bentuk patung dengan ukuran yang sebenarnya.

Ada lima belas perhentian yang harus dijalani dalam prosesi jalan salib ini.

Perhentian I: Yesus Dihukum Mati;

Perhentian II:Yesus Memanggul Salib-Nya;

Perhentian III: Yesus Jatuh untuk Pertama kalinya di Bawah Salib;

Perhentian IV: Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya;

Perhentian V: Yesus Ditolong Simon dari Kirene;

Perhentian VI: Veronika Mengusap Wajah Yesus;

Perhentian VII: Yesus Jatuh untuk Kedua kalinya di Bawah Salib;

Perhentian VIII: Wanita-wanita Yerusalem Meratapi Yesus;

Perhentian IX: Yesus Jatuh untuk Ketiga kalinya di Bawah Salib;

Perhentian X: Pakaian Yesus Ditanggalkan;

Perhentian XI: Yesus Dipaku di Kayu Salib;

Perhentian XII: Yesus wafat di Kayu Salib;

Perhentian XIII: Yesus Diturunkan dari Salib;

Perhentian XIV: Yesus Dimakamkan;

Perhentian XV: Yesus Bangkit.

Arah prosesi ini melingkar searah jarum jam dan mendaki ke atas bukit. Pada puncak bukit terdapat Perhentian Keduabelas, yaitu Yesus tergantung di atas kayu salib. Setelah itu, arah pejalanan menurun hingga perhentian terakhir. Pada semua perhentian terdapat patung-patung seukuran manusia dewasa di Timur Tengah, namun pada perhentian terakhir hanya terdapat sebuah goa kuburan yang kosong. Di sampingnya ada batu besar penutup goa yang telah terguling.

****

Dokter Hendropriyono mengaku terkesan dengan prosesi jalan salib ini. Dia sudah lebih dari satu kali berziarah di Pohsarang ini. Tapi setiap kali datang, dia mengaku mendapatkan berkat rohani yang baru. Hal senada diungkapkan oleh ibu Roestanto. Janda pendeta ini juga sudah pernah berziarah di sini, tapi dia selalu merasa mendapat pembaharuan iman setiap kali berziarah di sini. Meski usianya sudah lanjut dan fisiknya sudah lemah, tapi ibu Roestanto masih bersemangat mengikuti proses ini hingga tuntas. Pada perhentian tertentu, dia terlihat menitikkan air mata.

***

Sekitar pukul dua siang, rombongan kami bergerak pulang. Sebelumnya kami mampir di kota Kediri untuk membeli oleh-oleh khas kota ini, yaitu Tahu Pong dan Tahu Takwa. Harganya Rp.1.000,-/besek, isinya 10 potong tahu. Oleh-oleh lain yang juga khas kota ini adalah kopi bubuk, gethuk pisang dan krupuk padang pasair (krupuk yang digoreng menggunakan pasir panas)..

Setelah menyantap makan siang, rombongan bergegas menuju kota Klaten. Perjanlanan pulang lebih lancar daripada keberangkatan. Selepas Maghrib, kami sudah memasuki kota Solo. Maki beristirahat sejenak untuk makan malam di lesehan Kotta Barat. Setelah itu meluncur ke Klaten. Sampai di rumah sekitar pukul delapan malam.

3 Desember 2008 at 11:50 am Tinggalkan komentar

Kepakkan Sayapmu: Buku yang Inspiratif

Saya ingin membagikan suacita. Telah terbit lagi buku karya saya yang terbaru!
Judul: “Kepakkan Sayapmu; Kisah-kisah Inspiratif yang Membangkitkan Semangat.”
Penerbit: Manna Media Publishing
Berikut saya kutipkan kata pengantarnya:

From Cover Buku

Sebuah nasihat bijak mengatakan, “Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena kamu tidak akan hidup selama itu melakukan semua kesalahan itu.”

Manusia adalah makhluk yang cerdas. Dia belajar dari kesalahan supaya tidak melakukan lagi kesalahan yang serupa. Lebih dari itu, manusia juga dapat belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga dari keberhasilannya.

Buku ini menyajikan kisah-kisah singkat kehidupan yang menyentuh hati. Sebagian besar dari cerita ini adalah penggalan kehidupan tokoh-tokoh dunia, yang sungguh-sungguh beriman kepada Kristus. Setiap cerita mengandung kebijaksanaan (wisdom). Di sini kita dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh iman tersebut menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah dalam pelayanan dan kehidupannya sehari-hari.

Saya mengumpulkan cerita-cerita ini dalam rangka mencari ilustrasi renungan, yang saya sampaikan dalam persekutuan kelompok dan kebaktian remaja di gereja saya. Ketika saya amati, ternyata pendengar renungan mendapatkan berkat cerita-cerita ini. Saya berharap, dengan membaca buku ini, Anda pun ikut terinspirasi oleh cerita ini. Anda mendapatkan kekuatan baru untuk menjalani hidup ini. Seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; Anda berlari dan tidak menjadi lesu, Anda berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes. 40:31).

13 September 2008 at 10:30 am Tinggalkan komentar

Buku Humorku Terbaru

Telah terbit Buku Humorku jilid 7 dan 8. Setelah menunggu sekitar tiga tahun, akhirnya buku humorku terbit juga.
Naskah ini sebenarnya sudah diserahkan ke penerbit pada bulan September 2005, namun karena berbagai alasan, akhirnya baru terbit sekarang. Naskah ini memegang rekor terlama dalam hal proses penerbitan bukuku. Tapi rekor ini masih akan terpecahkan. Soalnya, buku ini sebenarnya satu buku besar yang dipecah menjadi 3 judul buku kecil. Masih ada bagian ketiga yang masih belum terbit.
Covernya gaul banget dengan warna-warni ngejreng. Finishing menggunakan metode laminating plastik sehingga kelihatan mengkilap.

From Cover Buku

Berikut Pengantar Tawa buku tersebut:

“Dokter, telinga saya seperti mendengar bunyi deringan.”
“Jangan diangkat!”

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tertawa itu berpengaruh baik untuk kesehatan. Artikel berjudul Science of Laughter, yang dimuat dalam Situs Discovery Health menulis: “Ketika kita tertawa, sel pembunuh alami yang membasmi tumor dan virus mengalami peningkatan, termasuk juga pertambahan Gamma-interferon (sebuah protein yang melawan penyakit), Sel-T (penting untuk sistem kekebalan tubuh) dan sel-B (yang meningkatkan antibodi). Selain menurunkan tekanan darah, tertawa juga dapat mempercepat proses penyembuhan.”
Humor dapat meringankan sakit. Seorang yang tertawa akan melepaskan painkiller alami yang disebut endorphin. Sementara itu, guyonan baik yang dilakukan secara teratur dapat membantu pikiran fokus pada sesuatu dan mengesampingkan rasa sakit.
Manfaat tertawa paling spektakuler dialami oleh Norman Cousins. Dia menderita penyakit langka dan terbaring tak berdaya di rumah sakit. Ketika dokter mengatakan penyakitnya tak mungkin tersembuhkan, Cousins keluar dari Rumah Sakit. Dia berpikir, jika hati yang sedih berpengaruh buruk bagi kesehatan, maka hati yang gembira pasti punya efek sebaliknya. Maka, dia pun menyewa proyektor dan film-film lucu.
Tak berapa lama, dia segera mendapat manfaatnya. Hanya dengan tertawa selama 10 menit, ternyata dapat membuatnya tidur nyenyak selama dua jam. Secara ajaib, penyakitnya juga mulai mengalami kesembuhan. Setelah kisah hidupnya ini dimuat di New England Journal of Medicine, Cousins menerima lebih 3000 surat kekaguman dari para dokter di seluruh dunia.

Dokter berkata, “Anda akan hidup sampai usia 60 tahun.”
“Sekarang saya berumur 60 tahun.!”
“Nah, betul ‘kan kata saya?”

From Cover Buku

Tertawa juga bermanfaat bagi kesehatan mental karena dapat mengurangi tingkat stress, memadamkan amarah dan merukunkan keluarga pada masa-masa susah. Menertawakan diri sendiri atau sebuah kejadian dapat membantu kita melihat sebuah permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini akan meningkatkan objektivitas dan pemahaman dalam memandang sebuah peristiwa.
Tertawa merupakan jarak terpendek di antara dua orang. Demikian kata pepatah lama. Tertawa bersama dapat mempererat ikatan di antara dua orang. Pernikahan dan keluarga membutuhkan humor dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk mengakrabkan, humor juga dapat meringankan hati pada saat keluarga itu menjalani masa-masa kehidupan yang berat.

Seorang laki-laki bercakap-cakap dengan temannya.
“Aku baru saja bertengkar dengan istriku.”
“Oh, ya? Lalu bagaimana akhirnya?” tanya temannya.
“Begitu selesai bertengkar, istriku mendatangiku sambil berlutut dan menundukkan kepalanya.”
“Wah hebat, dong,” ujar temannya kagum, “lalu dia bilang apa?”
“Dia berkata begini: ‘Hei keluar dari bawah ranjang, pengecut!’”

Dalam kehidupan sosial, humor dapat digunakan untuk memecahkan suasana kebekuan dalam sebuah pertemuan. Sebuah rapat yang semula berlangsung alot, panas dan menuju pada deadlock, akhirnya menjadi cair dan mengalami kemajuan berkat campur tangan humor. Pengkhotbah, pembicara dan pendidik dapat memanfaatkan humor untuk memancing perhatian khalayak.
Saya berharap buku kecil ini dapat memancing inspirasi untuk selalu bersukacita dalam kehidupan sehari-hari. Hidup ini indah! Hidup ini terlalu singkat dan terlalu berharga untuk dijalani dengan muka cemberut. Bersukacitalah! Terimakasih saya kepada penerbit Metanoia yang setia menebarkan benih-benih sukacita ini pada semua orang.

“Hati yang gembira menyehatkan badan; hati yang murung mematahkan semangat.” —
Amsal 17:22

Purnawan Kristanto

****

Sedangkan tulisan berikut ini terpampang di sampul belakangnya:
Kapan terakhir kali anda tertawa lepas tanpa terganggu oleh masalah yang sedang Anda hadapi ? rutinitas yang kita jalani setiap hari terkadang membuat kita lupa bahwa sekadar tertawa pun perlu kita lakukan setiap hari karena tertawa bisa membuat kita tetap gembira, lepas dari ketegangan, dan jauh stress. Tertawa tidak hanya memunculkan kegembiraan, tetapi juga bermanfaat dalam penyembuhan berbagai penyakit. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tertawa memberikan efek positif pada kesehatan seseorang. Jadi sudahkah Anda tertawa hari?

13 September 2008 at 10:16 am Tinggalkan komentar

Hanya Pelayan Kecil

Hudson Taylor diundang sebagai pembicara di gereja Presbyterian yang besar di Melbourne, Australia. Sang moderator dalam acara itu mengenalkan missionaris dengan bersemangat. Kepada jemaat, dia mengatakan bahwa Taylor berhasil menjadi penginjil di negeri Cina. Dia menyebut Hudson Taylor sebagai "tamu kita yang termasyhur".

Ketika tiba giliran untuk berbicara, Taylor berdiri dan berdiam sejenak. Dia memulai khotbahnya dengan berkata, "Teman-teman yang terhormat, perkenalkan saya adalah pelayan kecil milik Tuhan yang termasyhur."

8 Mei 2008 at 6:51 am 1 komentar

Menginjili itu Sederhana

Dr. Lewis Sperry Chafer, penginjil dan pendiri Dallas Theological Seminary, sedang berjalan sendirian ketika dia melihat penjaga lintasan kereta api yang duduk sendirian di posnya. Dia memerhatikan bahwa pria itu sedang membaca Alkitab ukuran besar untuk keluarga. Meskipun ada tulisan "Dilarang Masuk," terpampang di pintu pos itu, tapi Dr. Chafer tetap saja masuk pos itu untuk menyapa pria itu.

"Sedang apa, Pak?" tanya Dr. Chafer.

"Sedang membaca Alkitab," jawab pria itu.

"Apakah Bapak sudah diselamatkan?"

"Rasanya saya tidak pantas untuk diselamatkan."

Dr. Chafer berkata,"Pak, jika Tuhan bersedia memberi pengecualian pada Anda dan memberikan keselamatan, apakah Anda mau menerima pemberian itu?"

"Tentu Anda akan menganggap saya sebagai orang bodoh jika menolak pemberian seperti itu," jawab penjaga lintasan kereta api itu.

Chafer lalu meminta pria itu untuk membaca Yohanes 10:28. Cukup lama pria ini mencari ayat yang dimaksud, tapi akhirnya ketemu juga. Dia membaca, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku"

Lalu Chafer meminta dia membaca Roma 6:23,"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita"

Pria ini terpana. Dia berkata,"Hai, orang asing. Saya tidak mengenal siapa Anda, tetapi Anda telah melakukan hal yang besar kepada saya."

Dengan lembut Chafer menjawab,"Apa yang saya lakukan kepada Anda? Saya sebenarnya telah menjebak Anda. Tadi Anda mengatakan bahwa jika pemberian itu ada, maka Anda mau menerimanya. Sekarang bagaimana?"

"Saya akan menerimanya sekarang juga" jawab penjaga lintasan itu. Maka Dr. Chafer mengajaknya berdoa bersama untuk mengundang Yesus sebagai Juruselamat pribadinya.

Ternyata mengabarkan Injil bisa dilakukan dengan sederhana, dalam kehidupan sehari-hari kita.

8 Mei 2008 at 6:50 am Tinggalkan komentar

Pertobatan Ayah Howard Hendricks

Howard Hendricks, seorang hamba Tuhan kenamaan di Amerika Serikat menceritakan pertobatan ayahnya, sebagai berikut:

Telepon berbunyi. Pendeta muda dari Arlington, Virginia menelepon saya.

"Sedang apa, nih?" tanyanya.

"Sedang belajar," jawab saya.

"Apakah kamu sedang duduk?"

"Ya, kenapa?"

"Sore ini, ayahmu menerima Kristus."

"Apa? Jangan bercanda, ah!" teriak saya.

Saya hampir tidak percaya pada ucapannya mengingat pengalaman selama bertahun-tahun dengan ayah saya. Sejak saya menerima Kristus, ketika masih anak-anak, keinginan terbesar saya adalah supaya seluruh anggota keluarga saya ikut diselamatkan. Berkali-kali saya mengajak ayah berbicara tentang Injil, tetapi tanggapannya selalu tidak antusias. Saya sebenarnya tidak begitu dekat dengan ayah saya, tapi bagaimanapun juga dialah yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang ini.

Ayah saya adalah seorang tentara. Dia telah bertempur di berbagai tempat di dunia. Setiap kali dia berangkat berperang, saya sangat mengkhawatirkan kepada kebutuhan rohaninya. Saya bersama keluarga saya selalu mendoakan dia. Namun setiap saat sikapnya selalu sama saja: "Nak, jangan mengkhawatirkan ayah. Ayah nanti akan bekerja sama dengan Tuhan"(dia merasa seolah-olah Tuhan itu bisa dimanipulasi seperti pegawai di Pentagon).

Tuhan lalu mengirimkan seseorang ke dalam hidupnya. Namanya Butch Hardman. Suatu hari, Butch sedang menunggu keberangkatan pesawat di Detroit. Seorang teman Butch menghadiahkan kaset yang isinya adalah khotbah saya. Temannya berkata pada Butch,"Pernah mendengar khotbah Hendricks? Sebaiknya kamu mendengarkan ini."

Di dalam kaset itu saya mengatakan tentang kebutuhan rohani ayah saya. Ketika mendengarkan itu Butch teringat pada ayahnya sendiri. Sebelum ayahnya meninggal, Butch bersyukur punya kesempatan membagikan kasih Kristus kepada ayahnya.

Beberapa bulan kemudian Butch menghadiri konferensi para pendeta di Philadelphia dimana saya diundang sebagai pembicara. Dia menjabat tangan saya setelah saya berbicara. Dari sinilah menjadi awal dari sebuah peristiwa luar biasa di Arlington.

Butch kembali ke Arlington. Ketika sedang menyopiri bis gereja setelah mengantar semua penumpangnya, Butch melihat ada seorang pria yang berdiri di sudut jalan. Wajah orang itu mengingatkannya pada wajah saya (Howard Hendricks). Dia meminggirkan bis dan menghampiri pria itu.

"Maaf kalau saya salah, tapi apakah Anda ayah dari Howard Hendricks?"

Pria itu terpana,"Hmmm…ya…apakah Anda murid anak saya?"

"Tidak. Tapi dia sudah membantu saya. Apakah Anda punya waktu untuk minum kopi sebentar saja?"

Pertemuan yang diatur oleh Roh Kudus itu segera berlanjut dengan persahabatan. Tapi Butch merasakan ayah saya menjadi curiga ketika mengetahui bahwa dia berteman dengan pendeta. Untuk itu, Butch tidak segera mengundang ayah saya untuk datang ke gerejanya. Dia hanya mampir ke tempat tinggalnya sepulang dari kantor untuk minum kopi. Meskipun tidak tahan pada asap rokok ayah saya, tapi dia berusaha menyabarkan diri. Termasuk ketika harus mendengarkan pengalamannya bertempur yang seolah tak ada habis-habisnya. Lama-kelamaan Butch mengetahui bahwa ayah saya ternyata menderita kanker tenggorokan yang sudah parah.

Beberapa bulan berikutnya, Butch berada di sisi tempat tidur ayah. "Pak. Hendricks, Saya akan pergi untuk beberapa lama ke Tanah Suci di Yerusalem. Sebelum itu, bolehkah saya menceritakan sesuatu pada Anda?"

Ayah setuju. Butch mulai menceritakan percakapan antara Yesus dengan Nikodemus yang ditulis dalam kitab Yohanes. Singkat kata, ayah menerima ajakan Butch untuk menerima Kristus sebagai Juruselamatnya. Tiba-tiba ayah saya bangun dari tempat tidurnya dan berdiri dengan sempurna sambil memberi hormat. "Sekarang saya berada di bawah Komandan yang baru!" Malam itu juga Butch menelepon saya di Dallas, memberitakan kabar gembira ini.

Terakhir kali saya melihat ayah, saya hampir tidak percaya bahwa dia adalah pria yang saya kenal dulu. Meskipun tubuhnya sudah kurus kering, tetapi wajahnya bersinar mencerminkan rohnya yang menyala-nyala.

Saat ayah saya meninggal, dia berpesan supaya Butch Hardman yang memimpin upacara penguburun dengan cara kemiliteran di Arlington . Dalam khotbahnya, Butch menyampaikan Injil Yesus kepada anggota keluarga dan militer yang melayat. Saat tembakan salvo dilepaskan, saya tahu bahwa Tuhan telah mendengar doa saya selama 42 tahun.

::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+::+
Blog: http://purnawan-kristanto.blogspot.com
>>>Lihat video karya saya di sini>>>>>
http://www.beoscope.com/purnawan/index.php

8 Mei 2008 at 3:08 am Tinggalkan komentar

Cerita di Balik Layar Ben Hur

Jika Anda lahir sekitar tahun 1950-an, mungkin Anda mengenal kisah Ben Hur. Karya klasik ini ditulis oleh seorang Jenderal bernama Lew Wallace, tahun 1899. Kemudian diangkat ke layar lebar dan dibintangi oleh Charleton Heston, yang memenangkan piala Oscar untuk film terbaik pada tahun 1959. Film yang mengharukan ini menceritakan tentang kasih, penderitaan, dan pergumulan antara kebaikan melawan kejahatan.

Ceritanya, Judah Ben Hur, yang menjadi tokoh utama dalam film ini sejak kecil bersahabat dengan, Marsalla. Judah adalah keturunan Yahudi, sedangkan Marsalla, tidak. Judah berasal dari keluarga yang sangat kaya di Jerusalem. Sedangkan Marsalla adalah tentara Romawi yang punya karir cemerlang. Dia kembali ke Yerusalem sebagai perwira. Saat itu Romawi sudah menguasai Yerusalem.

Suatu hari, tentara Romawi mengadakan pawai untuk unjuk kekuatan. Kemudian terjadi insiden yang akan mengubah hidup Judah Ben Hur. Tiba-tiba ada bata yang jatuh dari lantai atas rumah Judah Ben Hur. Celakanya, bata itu mengenai penguasa Roma. Kontan saja, tentara Romawi menyerbu masuk dan menggelandang keluar Judah Ben Hur. Dia dipaksa menjadi budak di sebuah kapal perang Romawi. Marsalla sebenarnya tahu bahwa peristiwa itu bukan kesengajaan dan dia bisa membebaskan sahabatnya itu. Akan tetapi Marsalla sudah dibutakan oleh kekuasaan. Sementara itu, ibu dan adik perempuan Judah juga dijebloskan ke dalam penjara di Yerusalem.

Judah menjadi sangat membenci Marsalla. Selama di dalam lambung kapal, sambil mengayuh dayung dia bersumpah untuk bertahan hidup dan kembali ke Yerusalem. Dia bertekad akan membebaskan ibu dan adiknya. Menjadi budak di dalam kapal biasanya berlangsung bertahun-tahun. Judah sudah mendayung selama tiga tahun, ketika terjadi pertempuran di laut yang hebat. Kapalnya tenggelam. Dia bisa bertahan hidup, bahkan bisa menyelamatkan Komandan kapal. Sebagai ucapan terimakasih, komandan itu membebaskan dia dari perbudakan dan mengangkatnya sebagai anak. Komandan ini adalah seorang Perwira laut tingkat tinggi dan sangat kaya.

Ben Hur kembali ke Yerusalem sebagai seorang pemuda yang kaya. Dia mencari Marsalla, yang mengira dirinya sudah mati. Ben Hur menuntut Marsalla supaya membebaskan ibu dan adiknya. Marsalla pergi ke penjara, tetapi mendapati bahwa mereka terkena penyakit kusta. Karena itu, dia lalu membawa kedua wanita itu ke tempat pengasingan untuk orang kusta di luar Yerusalem. Marsalla berbohong pada Ben Hur dengan mengatakan bahwa ibu dan adiknya sudah mati. Hal ini membuat kebencian Ben Hur pada Marsalla semakin besar. Di dalam sebuah balapan kereta, yang diikuti oleh dua orang yang dulu bersahabat ini, terjadi persaingan sengit antara Marsalla dan Judah Ben Hur. Akhirnya, Marsalla terbunuh. Sebelum meninggal dia mengaku pada Ben Hur tentang keadaan ibu dan adik Ben Hur.

Kebencian Judah sudah tidak jelas ditujukan pada siapa lagi. Dia hidup dalam kepahitan. Akhinya dengan putus asa, dia menemui ibu dan adiknya dan membawanya pergi pada Yesus. Saat itu Yesus melakukan banyak mukjizat. Akan tetapi ketika sampai di Yerusalem, mereka mendapati Yesus sudah disalib. Pupus sudah harapan mereka. Mereka sudah pasrah. Tapi tiba-tiba terjadi gemba bumi di kota itu dan secara ajaib ibu dan adik Ben Hur sembuh dari penyakit lepra. Mengalami hal itu, Judah bersama ibu dan adiknya menjadi beriman kepada Yesus.

Hmmm…sebuah kisah yang menggetarkan bukan? Tapi masih ada kisah di balik layar film ini yang tidak kalah menggetarkan juga. Penulis kisah ini, Lew Wallace, sebelumnya sebenarnya adalah penentang kekristenan. Dia lalu bertekad mempelajari kehidupan Kristus, bukan untuk menjadi Kristen, melainkan justru untuk mencari kelemahan-kelemahannya. Dia bermaksud membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya manusia biasa. Dia ingin mencari fakta bahwa Yesus tidak pernah bangkit dari kematian-Nya.

Karena itulah dia melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh. Dia begitu asyik mencari bukti-bukti hingga akhirnya justru bukti-bukti itu yang berbalik meyakinkan dia bahwa Yesus memang Tuhan. Dia berlutut dan meminta Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Dia batal menulis buku yang membuktikan Yesus itu bukan Tuhan. Dia justru menulis kisah Ben Hur, untuk membuktikan bahwa Yesus memang Tuhan.

25 April 2008 at 7:02 am Tinggalkan komentar

Seorang Pemuda dengan Ransel di Punggungnya

Ttidak biasanya udara dingin berembus pada bulan Mei. Musim semi sebenarnya sudah datang. Akan tetapi hawa dingin Utara telah membuat Indiana, Amerika Serikat mengalami musim dingin lagi. Saya sedang duduk di dalam restoran dekat jendela bersama bersama dua teman. Makanannya lumayan enak.

Saat kami sedang asyik ngobrol, tiba-tiba perhatian saya beralih ke seberang jalan. Saya melihat ada seorang pria yang menggendong Ransel di punggungnya. Dia membawa sebuah tulisan yang berbunyi, "Saya mau bekerja untuk mendapat makanan." Batin saya tersentak. Saya menunjukkan itu pada teman-teman saya. Mereka berhenti makan sejenak untuk memerhatikan arah yang saya tunjukkan. Mereka menggeleng-gelengkan kepala sambil menunjukkan rasa iba. Kami meneruskan makan, tapi bayangan orang itu masih menggelitik pikiran saya. Usai makan, kami lalu berpisah jalan.

Saya buru-buru membayar makan dan keluar dari restoran, lalu menjalankan mobil pelan-pelan untuk mencari-cari pemuda asing itu, tetapi saya tidak menemukannya. Saya memutuskan untuk mampir di toko untuk membeli sesuatu. Saat kembali ke mobil, Roh Kudus berbisik: "Jangan kembali ke kantor dulu. Jelajahi kota ini sekali lagi." Begitulah, dengan penasaran saya kembali ke kota. Ketika saya sampai di simpang empat yang ketiga, saya melihat pria itu berdiri di tangga depan gereja sambil meletakkan ranselnya.

Saya memparkirkan mobil dan menemuinya. "Apakah Anda mencari pendeta?" tanya saya.

"Nggak juga," jawabnya," saya hanya beristirahat."

" Apakah Anda sudah makan?"

"Tadi pagi sudah sarapan."

"Mau nggak makan siang bersama saya?"

"Apakah Anda punya pekerjaan untuk saya?"

"Nggak ada, karena saya me-neglaju di kota ini untuk bekerja, tapi saya ingin mengajak Anda makan siang."

"Boleh," jawabnya sambil tersenyum.

Dalam perjalanan ke rumah makan, saya bertanya, "darimana asal Anda?"

"St. Louis."

"Sudah kemana saja?"

"Oh, kemana saja. Tapi kebanyakan di Florida."

"Sudah berapa lama berkelana seperti ini?"

"Empat belas tahun," jawabnya.

Saya yakin bertemu dengan orang yang luar biasa. Kami duduk berhadap-hadapan di restoran yang saya kunjungi tadi. Dari wajahnya, menandakan usianya sekitar 38 tahun. Tatapan matanya cerah. Dia berbicara dengan bersemangat. Saat membuka jaketnya, tampaklah tulisan di kaosnya:"Yesus adalah Kisah Tiada Akhir."

Namanya Daniel. Dia lalu menceritakan kisah hidupnya. Ketika masih muda dia telah membuat pilihan hidup yang keliru, sehingga harus mengalami banyak penderitaan. Namun hidupnya berubah ketika ketika sedang berkelana dan sampai di pantai Daytona. Dia mencoba minta pekerjaan pada seorang pria yang sedang mendirikan tenda besar. Dia pikir, orang itu sedang menyiapkan konser musik. Dia mendapat pekerjaan.tapi sesungguhnya tenda itu bukan untuk konser, melainkan untuk Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Dalam kebaktian itu, dia bertobat dan menyerahkan hidup pada Kristus.

"Sejak saat itu, saya berubah, "katanya," tapi saya merasa Tuhan menghendaki saya tetap berkelana. Dan itulah yang saya lakukan selama empat belas tahun ini."

"Apakah pernah terpikirkan untuk berhenti?" tanya saya.

"Pernah sekali. Saat itu saya merasa cocok sekali dengan tempat itu. Tapi Tuhan memberiku panggilan ini. Saya membagi-bagikan Alkitab. Sebenarnya itulah yang ada di dalam ransel saya. Saya bekerja apa saja supaya bisa membeli makanan dan Alkitab. Saya membagikan Alkitab ini menurut pimpinan Roh Kudus."

Saya terpana. Orang yang kelihatan seperti gelandangan ini ternyata bukan tunawisma. Pria ini punya misi dan hidup dengan pilihan itu. Saya terdiam beberapa saat. Kemudian saya bertanya lagi, "Bagaimana rasanya, sih?"

"Rasanya, apa?"

"Berjalan-jalan di kota sambil membawa semua barang Anda sambil membawa tulisan itu."

"Awalnya saya merasa malu sekali. Orang-orang menatap saya dengan aneh, lalu saling berbisik. Suatu kali ada orang yang melemparkan roti bekas gigitannya pada saya. Dari raut mukanya, saya melihat dia merasa jijik pada saya. Akan tetapi dia berubah menjadi baik sekali saat tahu bahwa saya sedang dipakai Tuhan untuk menjangkau dan mengubah orang-orang yang hidupnya seperti saya dulu."

Kami selesai makan. Di pintu keluar, dia berhenti sejenak. Dia berpaling pada saya dan berkata: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan"

Saya terharu.

"Apakah Anda memakai Alkitab versi lain?" tanya saya. Dia mengaku cenderung memilih terjemahan tertentu karena tidak terlalu tebal sehingga ringan dibawa berpergian. Dia menunjukkan Alkitab pribadinya. "Saya sudah membacanya sebanyak 14 kali,"katanya.

"Bagaimana Anda bisa sampai di kota ini?"

"Saya melihat ada peta kecil di balik karcis parkir."

"Apakah Anda punya tujuan untuk bekerja di sini?"

"Nggak juga. Saya cuma merasa mendapat dorongan harus datang ke sini. Saya merasa bahwa ada seseorang di kota ini yang membutuhkan Alkitab." Dia tersenyum penuh kehangatan. Wajahnya memancarkan roh ketulusan dalam pelayanannya. Saya mengantarnya kembali ke tempat kami bertemu tadi. Hujan mulai turun. Ketika saya memarkirkan mobil, dia mengambil sesuatu dari ranselnya. "Maukah Anda menanda-tangani buku catatan saya," katanya,"buku ini berisi tulisan kesan-pesan orang-orang yang saya temui."

Saya menuliskan di buku kecilnya bahwa komitmen dan panggilannya telah menyentuh hidup saya. Saya mendorongnya untuk tetap kuat dalam pelayanan. Saya lalu menuliskan ayat dari Yeremia: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu," demikianlah firman TUHAN, "yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."

"Terimakasih sobat," katanya "saya tahu kita baru saja berkenalan dan kita belum begitu saling mengenal, tapi saya mengasihi Anda"

"Saya tahu," kata saya," saya mengasihi Anda juga.

"Tuhan itu baik."

"Tepat sekali. Saya ingin memeluk Anda."

Maka di pojokan jalan yang sibuk dan di bawah hujan lebat, saya berpelukan dengan teman baru saya.

Dia lalu menggendong ranselnya sambil berkata,"Sampai jumpa di Yerusalem Baru." "Ya, saya pasti ada di sana," jawab saya.

Dia mulai perjalanan lagi. Dia berhenti sejenak dan berpaling pada saya. "Jika Anda melihat sesuatu dan teringat pada saya, maukah Anda berdoa untuk saya?" teriaknya dari kejauhan.

"Ya, itu pasti," jawab saya sambil berteriak.

"Tuhan memberkati."

"Tuhan memberkati."

Itulah terakhir saya melihat dia.

*******

Malam itu saat saya pulang dari kantor, angin berhembus dengan kuat. Hawa dingin menerpa wajah saya. Saya buru-buru masuk mobil saya. Ketika saya meraih rem tangan, saya melihat ada sepasang sarung tangan coklat yang tergeletak di tongkat rem itu. Saya tahu ini milik Daniel.

Saya teringat kata-katanya: "Jika Anda melihat sesuatu dan teringat pada saya, maukah Anda berdoa untuk saya?" Saat ini, sepasang sarung tangan itu berada di meja kantor saya. Benda itu selalu mengingatkan saya paada teman saya yang unik itu dan berdoa untuk pelayanannya: "Sampai jumpa di Yerusalem Baru." Ya, Daniel, kita pasti bertemu di sana.

25 April 2008 at 7:02 am Tinggalkan komentar

Ujian Matematika dan Ujian kejujuran


Dr. Madison Sarratt mengajar matakuliah matematika di Universitas Vanderbilt selama bertahun-tahun. Dia punya kebiasaan unik. Sebelum memberikan ujian, dia selalu berkata seperti ini kepada mahasiswanya: “Hari ini saya akan memberikan dua buah ujian. Pertama ujian trigonometri dan kedua ujian kejujuran. Saya berharap kalian lulus ujian keduanya. Namun jika kalian terpaksa gagal salah satu, saya berharap kalian gagal dalam ujian trigonometri. Ada banyak orang besar di dunia ini yang gagal dalam ujian trigonometri, tapi tidak ada orang besar di dunia ini yang gagal dalam ujian kejujuran.”

1 April 2008 at 5:03 pm Tinggalkan komentar

Peramal Cuaca Gadungan


Bob Harris, punya cita-cita yang kuat untuk menjadi peramal cuaca. Meskipun pernah kuliah di jurusan matematika, fisika dan geologi, tetapi tidak satu pun yang diselesaikannya.

Suatu kali dia nekat menelepon stasiun TV WCBS dan mengenalkan diri sebagai pemegang gelar Ph.D. di bidang geofisika dari Universitas Columbia. Pengakuan palsunya itu ternyata membuka jalan baginya. Setelah masa percobaan selama dua bulan, dia diterima sebagai staf yang bertugas membuat prakiraan cuaca bagi WCBS.

Sepuluh tahun kemudian, karirnya semakin cemerlang. Dia menjadi terkenal dan dijului dengan nama “Dr. Bob.” Dia juga diminta harian New York Times sebagai konsultan di bidang meteorologi.

Dia juga menjadi konsultan cuaca bagi perusahaan kereta api Long Island dan Komisi Baseball Bowie Kuhn. Pada usia empat puluh tahun, ketika hidup sudah dia mengalami peristiwa yang sangat memalukan. Ada seseorang yang mengirim surat kaleng yang isinya meminta manajemen WCBS agar menyelidiki keabsahan gelar akademik Bob. Saat mendapati bahwa gelar itu ternyata palsu, stasiun TV dan harian New York Times memecat dia.

Kontan peristiwa ini menjadi berita nasional. Kisahnya diangkat di Today Show, Tomorrow Show, dan People Weekly. Bob merasa karirnya sudah tamat. Namun beberapa hari kemudian perusahaan kereta Long Island dan Bowie Kuhn mengumumkan bahwa mereka tidak akan memecat Bob. Tak lama kemudian stasiun TV WNEW menawarkan pekerjaan kepadanya.

Bob mengakui telah melakukan kesalahan,”saya mengambil jalan pintas dari jalan panjang yang seharusnya ditempuh, dan suatu saat saya harus menebus kesalahan itu. Saya akan menyesali ini sepanjang hidup saya.”

1 April 2008 at 5:02 pm Tinggalkan komentar

Peternak yang Jujur


Saat masih menjadi peternak, Theodore Roosevelt bersama beberapa anak buahnya sedang memberi tanda pada sapi-sapi mereka dengan besi panas. Sapi-sapi itu sengaja dilepas di padang luas, sehingga mereka harus memberi tanda kepemilikan pada ternak-ternak itu.

Mereka sudah menyalakan api unggun. Salah satu koboi menangkap seekor sapi dengan tali laso, dan siap mengecap sapi itu dengan besi panas. Tiba-tiba Roosevelt menyadari kalau mereka sudah memasuki wilayah peternakan Gregor Lang, tetangga Roosevelt.

Menurut aturan yang disepakati sesama peternak, seharusnya sapi itu milik Lang. Ketika koboi bersiap menancapkan besi panas, Roosevelt berkata, “Tunggu dulu, bukankah itu seharusnya menjadi milik Gregor Long?”

“Betul, bos,” jawab koboi itu.

“Tapi kamu tetap akan memberikan tanda milikku pada sapi itu?” lanjut Roosevelt.

“Ya,” kata anak buahnya.

“Letakkan besi itu!” perintah Roosevelt “lalu pergilah dari sini. Saya tidak memperkerjakan kamu lagi. Orang yang mau mencuri untukku, suatu saat akan mencuri dariku juga.”

26 Maret 2008 at 5:20 pm Tinggalkan komentar

Seekor Gajah Bernama Bozo


Ratusan tahun lalu, ada seekor gajah sirkus bernama Bozo yang sangat populer di Inggris. Anak-anak senang mengerumuni kadangnya dan melemparkan kacang kepadanya. Tapi tiba-tiba terjadi perubahan sifat pada gajah itu. Beberapa kali dia berusaha membunuh pawangnya. Ketika anak-anak mendekati kandangnya, dia menunjukkan sikap agresif pada pengunjung. Hal ini memaksa pemilik sirkus untuk membunuh gajah itu. Namun dasar orang yang tamak, dia masih tetap ingin mendapatkan uang di akhir hidup gajah itu. Dia akan membuat pertunjukkan untuk mengeksekusi gajah itu dan menjual tiket pada pengunjung.

Pada hari pertunjukkan, tenda sirkus itu sudah dipenuhi pengunjung. Bozo, berada di dalam sangkar di tengah-tengah tempat pertunjukkan. Di dekatnya, ada orang berdiri sambil membawa senapan berkekuatan tinggi sudah bersiap menembak. Sang manajer berdiri di dekat kandang, siap untuk memberi tanda pada penembak. Tiba-tiba ada seorang pria yang berjalan dari antara penonton dan menghampiri si manajer. “Saya kira penembakan ini tidak pelu dilakukan,” katanya pada manajer.

“Gajah ini bertingkah buruk. Dia harus dibunuh sebelum mencelakai orang,” jawab manajer. “Anda salah,” kata pria ini,”Izinkan saya untuk masuk ke kandang itu selama selama dua menit saja, dan saya akan membuktikan kalau Anda salah,” kata pria itu.

Manajer memandang pria itu dengan wajah keheranan. “Anda bisa terbunuh, di sana,” katanya.

“Saya kira tidak,” tukas pria itu, “boleh nggak nih saya masuk?”

Manajer berpikir sejenak. Dia mencium bau uang karena hal ini bisa menjadi pertunjukan yang spektakuler. Sekalipun jika pria ini nanti dibunuh oleh binatang itu, publisitas yang didapat dari liputan media akan menghasilkan pemasukan yang besar. Dia setuju mengizinkan pria ini masuk. “Tapi sebelum masuk, Anda harus menanda-tangani perjanjian bahwa pihak pengelola sirkus tidak harus bertanggung jawab jika terjadi apa-apa pada Anda.”

Pria itu setuju dan menanda-tangani surat perjanjian, lalu bersiap untuk masuk kandang. Manajer mengumumkan pada penonton apa yang akan dilakukan oleh pria ini. Pengunjung melihat dengan tegang, saat pria itu masuk ke dalam kandang. Melihat ada orang asing masuk kandangnya, gajah itu mengangkat belalainya dan mengeluarkan suara yang keras. Dia bersiap melakukan penyerangan. Pria itu tetap tenang. Dia malah tersenyum dan berbicara pada bintang. Suasana sangat hening sehingga sebagian orang bisa mendengar suara pria itu. Tampaknya dia berbicara dengan bahasa asing. Saat pria itu terus berbicara, pelan-pelan gajah itu mulai menunjukkan sikap bersahabat. Dengan penih keyakinan, pria itu lalu menghampiri gajah dan menyentuh belalainya. Gajah itu membalas dengan melingkarkan belalainya di pinggang pria, lalu bersama-sama berjalan berkeliling. Penonton bertepuk tangan.

Pria itu lalu mengucapkan salam perpisahan pada gajah dan keluar dari kandang.”Dia sudah baikan,”kata pria ini pada manajer,”Dia itu gajah India dan tidak ada orang yang bicara dengannya dalam bahasa Hindustan. Dia cuma kangen rumahnya, kok.”

Pria itu lalu pergi, diikuti tatapan mata heran sang manajer. Manajer mengambil kertas perjanjian dan mencari tahu nama pria itu. Namanya Rudyard Kipling.

26 Maret 2008 at 5:19 pm Tinggalkan komentar

Peluru Kendali dari Sahabat


Dalam perangan antara Inggris vs Argentina memperebutkan kepulauan Falkland (1982), kapal perang Inggris, “HMS Sheffield” yang berobobot mati 3.500 ton, tenggelam oleh rudal yang ditembakkan pesawat jet Argentina.

Ini membuat heran banyak orang karena kapal perang modern ini sangat rawan terhadap serangan peluru kendali yang canggih. Penelitian lebih lanjut menyingkapkan misteri ini. Ternyata sistem pertahanan di kapal itu sebenarnya sudah mengetahui tentang datangnya serangan rudal itu. Komputer di kapal itu mengenalinya sebagai rudal Exocet buatan Perancis. Namun karena komputer itu sudah diprogram untuk menganggap Exocet sebagai rudal yang “bersahabat”, maka komputer itu mengabaikan datangnya serangan itu. Akibatnya sungguh fatal.

Beberapa orang sebenarnya mengetahui bahwa perbuatan dosa itu sangat berbahaya. Akan tetapi karena mereka “memprogram” untuk menganggap “ruda dosa” itu sebagai “sahabat”, maka akibatnya sungguh fatal.

26 Maret 2008 at 5:17 pm Tinggalkan komentar

Warna Bendera


Sebuah kereta melaju pelan karena bermuatan penuh berisi pelajar-pelajar yang baru pulang dari sekolah. Karena kebanyakan penumpang, kereta ini tidak bisa berjalan dengan kecepatan penuh. Padahal kereta ini berjalan di jalur yang padat. Dengan kecepatan seperti itu, kereta ini bisa ditabrak oleh kereta lain dari belakang yang melaju dengan kecepatan lebih tinggi. Karena itu, pengawas di stasiun memerintahkan seorang petugas memberi peringatan pada masinis. Petugas melaksanakan tugas dengan melambaikan bendera pada masinis.

Karena merasa semuanya berjalan normal, para penumpang asyik bercakap-cakap sehingga suasana menjadi gaduh. Tiba-tiba terdengar bunyi peluit kereta api lain yang segera disusul dengan tabrakan yang dahsyat. Akibatnya sungguh mengenaskan.

Masinis dan petugas yang membawa bendera itu berhasil menyelamatkan diri dengan meloncat dari kereta sebelum tabrakan terjadi. Beberapa hari kemudian mereka diajukan ke muka pengadilan. Di dalam pemeriksaan di pengadilan, sang masinis ditanya,”Apakah Anda tidak melihat petugas melambaikan bendera sebagai tanda bahaya?”

Masinis menjawab, “Ya, saya melihatnya tapi dia melambaikan bendera kuning. Itu artinya keadannya aman sehingga saya tetap melanjutkan perjalanan kereta.”

Petugas yang melambaikan bendera dipanggil.”Bendera apa yang Anda lambaikan?” tanya hakim.

“Bendera merah”

“Apakah Anda yakin itu bendera merah?”

“Sangat yakin.”

Kedua orang ini tetap ngotot mempertahankan pengakuannya masing-masing sehingga muncul dugaan salah satu dari orang ini mengalami buta warna. Hakim lalu menyuruh petugas untuk menunjukkan bendera yang dikibarkan sebagai barang bukti. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya misteri itu terpecahkan. Rupanya karena terlalu sering terpapar hujan dan panas, warna merah dari bendera itu menjadi luntur dan berubah menjadi kuning kusam.

25 Maret 2008 at 6:19 pm Tinggalkan komentar

Bocah itu Mendengar Lonceng

Di dalam film serial"Focus on the Family," dikisahkan seorang bocah keturunan Afrika-Amerika (5 tahun) menderita sakit kanker paru-paru. Sel kanker sudah berada pada stasdium terakhir. Paru-parunya dipenuhi air yang membuatnya kesulitan untuk bernapas. Sungguh penderitaan yang amat berat, terutama bagi seorang bocah kecil.

Ibu dari bocah laki-laki ini adalah seorang penganut Kristen yang saleh dan sangat menyayanginya. Dia selalu mendampinginya melewati masa-masa yang menyakitkan. Dia sering meletakkan kepala anaknya di pangkuannya sambil menceritakan tentang kasih Tuhan. Tanpa disadari, sang ibu ini sedang menyiapkan anaknya untuk memasuki gerbang keabadian.

Menjelang akhir hidupnya, sang anak berkata pada ibunya bahwa dia mendengar lonceng. "Loncengnya berbunyi, Mama,"katanya,"saya bisa mendengarnya."

Ibunya memberitahukan hal ini pada perawat. Namun perawat menganggap anak itu sedang mengalami halusinasi akibat sakit yang dia rasakan. Perawat meninggalkan ruangan itu. Beberapa menit kemudian kembali lagi untuk memeriksa. Ternyata anak itu tetap mengatakan kalau mendengar suara lonceng.

Perawat berkata pada ibunya,"Saya yakin kalau anak Anda mendengar bunyi-bunyian yang sebenarnya tidak ada. Dia sedang berhalusinasi karena sakitnya ini." Sang ibu menarik anaknya hingga dekat ke pipnya lalu berkata sambil tersenyum, "Saya yakin tidak begitu. Dia tidak sedang berhalusinasi. Saya pernah berkata kepadanya bahwa jika merasa takut–saat itu dia kesulitan bernapas–maka saya memintanya untuk mendengar dengan cermat. Saya mengatakan bahwa dia akan mendengar bunyi lonceng dari sorga. Itulah yang sebenarnya dia maksudkan saat ini."

Anak ini sebelum akhirnya meninggal di atas pangkuan ibunya, terus-menerus berkata bahwa mendengar bunyi lonceng dari sorga dan bahwa malaikat telah menjemput dia. Sungguh anak yang pemberani.

25 Maret 2008 at 6:18 pm Tinggalkan komentar

Saran yang Bijaksana


Sekitar tahun 512 S.M., ketika Darius I, raja dari Persia memimpin tentaranya sebelah utara Laut Hitam. Bangsa Scythia mengirim pesan kepadanya berupa seekor tikus, seekor katak, seekor burung dan lima anak panah. Darius lalu memanggil kaptennya. “Kemenangan kita sudah pasti,” kata Darius ,”anak panah ini melambangkan bahwa bangsa Scythia akan meletakkan senjata mereka, katak melambangkan air dan danau, tikus melambangkan tanah yang akan menjadi milik kita, dan tentara mereka akan kabur seperti burung terbang.”

Akan tetapi penasehat Darius memiliki pandangan lain. Dia berkata, “bangsa Scythia mengirimkan benda ini untuk memberikan pesan bahwa jika Anda tidak berlaku seperti burung yang terbang tinggi, atau katak yang bersembunyi dalam air, atau tikus yang bersembunyi di dalam liang tanah, maka Anda akan dibantai oleh pemanah-pemanah bangsa Scythia.”

Darius mendengar kata-kata penasehatnya. Dia menilai tafsirannya benar sehingga dia lalu memerintahkan pasukannya untuk berbalik.

25 Maret 2008 at 6:18 pm Tinggalkan komentar

Keadilan Versi Andrew Carnegie


Seorang penganut paham sosialis menemui Andrew Carnegie. Segera saja dia mengecam kekayaan yang dimiliki Andrew Carnegie, yang dia sebut sebagai salah satu bentuk dari ketidak-adilan. Menurut pahamnya, kekayaan itu harus dibagi sama rata.

Carnegie lalu minta sekretarisnya untuk menghitung kekayaannya. Sementara itu, Andrew Carnegie lalu mencari data angka jumlah penduduk dunia. Dia lalu menghitung-hitung di atas kertas lalu berkata pada sekretarisnya, “Berikan uang sebanyak l6 sen pada pria ini. Itulah bagian dia dari kekayaan saya.”

25 Maret 2008 at 6:17 pm Tinggalkan komentar

Dari Lilin Menjadi Sabun


Tahun 1879, produk terlaris yang dihasilkan oleh perusahaan Procter and Gamble adalah lilin. Namun ketika Thomas Alva Edison menemukan bola lampu pijar, perusahaan ini mengalami masalah. Penjualan lilin mengalami kemorosotan tajam karena banyak orang yang beralih ke alat penerang baru yang bebas asap itu. Orang hanya membeli lilin untuk keperluan tertentu.

Masa depan perusahaan ini tampaknya sangat suram. Namun sebuah “kecelakaan kerja” telah menjadi titik balik yang menyelamatkan perusahaan ini dari kebangkrutan. Suatu kali ada karyawan di pabrik Cincinnati yang kelupaan mematikan mesin ketika mereka beristirahat makan siang. Akibatnya? Terjadi adonan berbusa-busa yang meluap dan penuh dengan gelembung-gelembung udara. Mulanya karyawan ini berencana membuang adonan ini karena merasa kesal. Namun sebelumnya dia mencoba untuk membuat sabun dari adonan itu. Hasilnya adalah sabun yang bisa mengambang di air. Maka lahirlah produk yang bernama sabun Ivory, yang kemudian menjadi produk andalan Procter and Gamble.

Mengapa sabun yang bisa mengapung menjadi laris saat itu? Pada masa itu, beberapa orang di Cincinnati masih mandi di sungai Ohio. Dengan menggunakan sabun yang bisa mengapung, maka mereka tidak akan kehilangan sabun lagi ketika terlepas dari genggaman. Itulan sebabnya sabun Ivory menjadi sabun terlaris di Ohio, yang kemudian merambah ke seluruh negeri Amerika.

Jangan pernah menyerah, saat menemui masalah. Kreativitas bisa mengubah masalah menjadi berkah yang melimpah.

10 Maret 2008 at 9:49 am Tinggalkan komentar

Older Posts


Link

Blog Stats

  • 7.767 hits

Klik tertinggi

  • Tidak ada

Humor Ceria

ceria1blog

Tuhan Yesus Tidak tidur

Photobucket

Humor Cinta

Photobucket

Kepakkan Sayapmu

Photobucket

Hati yang gembira Membuat wajah Berseri-seri

Photobucket

Aku Mau Bersukacita karena Tuhan

Photobucket

77 Permainan Asyik [5]

Photobucket

Misteri Gerbong Tua

Photobucket

77 Permainan Asyik [4]

Photobucket

77 Permainan Asyik [3]

Photobucket

77 Permainan Asyik [2]

Photobucket

77 Permainan Asyik [1]

Photobucket

77 Permainan yang Benar-benar Asyik

Photobucket

Tertawa Ceria

Photobucket

Tertawa Jenaka

Photobucket

RSS Blog Purnawan

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.